Ibarat dua sisi mata uang. Ungkapan itu sering kita dengar untuk mewakili dua hal yang terlihat bertolak belakang namun ada dalam satu kesatuan. Atau untuk menggambarkan satu orang bisa memiliki dua sifat atau karakter yang berbeda.
Di Dunia Barat, dua sisi berbeda dalam satu itu cenderung dipandang negatif dan aneh. Ini karena paradigma berfikir mereka memakai Paradigma Modern atau Paradigma Cartesian-Newtonian di mana segala sesuatu yang berbeda diperlawankan atau jadi oposisi biner.
Maka yang dihasilkan adalah konflik. Seperti maskulin vs feminim, Timur vs Barat, miskin vs kaya, dan lain sebagainya.
Sementara di Dunia Timur, dua sisi berbeda dalam satu itu adalah hal yang tidak aneh. Malah sesuatu yang justru dijunjung tinggi, sebab merupakan simbol harmoni.
Jika di Barat feminim dan maskulin dikonflikkan, di Timur justru disatukan dalam harmoni. Misalnya dalam simbol Lingga-Yoni. Kalau Barat suka membenturkan kebudayaan atau peradaban, di Timur malah suka mengakulturasikan.
Bahkan di Timur ada simbol yang mewakili harmoni dua hal yang bertolak belakang yaitu Yin Yang. Di simbol ini, Yin dan Yang mewakili dua hal berbeda dan disimbolkan dalam dua warna kontras: hitam dan putih. Namun Yin dan Yang menyatu saling terpaut dan menyatu menjadi lingkaran. Bahkan di dalam Yin ada lingkaran Yang dan sebaliknya di dalam Yang ada lingkaran Yin.
Menurut Fritjof Capra harmoni di Timur ini membuahkan pemikiran atau pandangan yang holistik bukan oposisi biner. Paradigma Holistik bahkan lebih bisa menjawab berbagai persoalan dibandingkan Paradigma Cartesian-Newtonian.
Simbol harmoni yang menyimbolkan dua dalam satu, berpadunya dua hal yang seolah bertentangan, dan sebagainya, juga terdapat di dunia keris. Bahkan keris itu sendiri adalah simbol harmoni dua hal itu tadi.
Misalnya ganja sebagai simbol femimin bersatu dengan pesi dan bilah sebagai simbol maskulin. Juga bilah keris sebagai simbol maskulin menyatu dengan warangka sebagai simbol feminin. Itu bisa juga dimaknai bersatunya kawula atau hamba dan Gusti atau Tuhannya.
Pada pamor keris juga ada simbol harmoni dua sisi itu, yaitu di keris dengan pamor Slewah. Keris berpamor Slewah adalah keris yang bilahnya memiliki motif pamor yang berbeda di kedua sisinya.
Pamor Slewah ini sering salah kaprah disebut dengan pamor Tangkis. Padahal beda. Karena kalau pamor Tangkis memang sama-sama beda motif pamor di satu bilah, tapi bedanya di salah satu sisi bilahnya tidak berpamor atau kelengan.
Gampangnya, kalau Tangkis satu sisi ada pamornya satu sisi kelengan. Sementara Slewah dua sisinya ada pamornya, tapi beda motif.
Sedangkan jika pamornya dua motif berbeda tapi di sisi bilah yang sama, bukan Slewah, tapi pamor Dwi Warno. Karena kalau Slewah dua pamor berbeda harus ada di dua sisi yang berbeda.
Mengutip Ensiklopedi Keris karya Bambang Harsrinuksmo, pamor Tangkis dipercaya mempunyai tuah untuk menghindarkan dan menangkal serangan wabah penyakit. Sedangkan pamor Slewah mempunyai sedikitnya dua jenis tuah atau manfaat yang berbeda.
Tuah di sini menurut saya bisa dimaknai sebagai filosofi atau doa dan harapan. Bisa juga sebagai gambaran karakter pemiliknya.
Jadi jika sebilah keris dengan pamor biasa mengandung sebuah doa dan harapan, maka sebilah keris dengan pamor Slewah mengandung dua (atau lebih) doa dan harapan. Bisa juga berarti dua (atau lebih) karakter yang disimbolkan.
Dua yang berbeda di sini adalah dua yang saling melengkapi dalam harmoni. Bukan dua sisi yang saling bertentangan.
Karena itu banyak yang kemudian percaya pamor Slewah bertuah membuat pemiliknya mudah disenangi dalam pergaulan. Kalau dirasionalkan, orang yang santai bisa serius bisa, yang bisa tegas di satu kondisi dan bisa lunak di kondisi lain, dan semacamnya, atau yang fleksibel, tentu lebih mudah bergaul dibandingkan yang kaku, saklek, atau kurang fleksibel.
Atau terserah anda mau memaknai bagaimana pamor beda di dua sisi alias Slewah di bilah ini.
Sebagai pemanis, terlampir foto keris berpamor Slewah. Tapi uniknya keris ini pamor Slewahnya ada di bagian ganjanya.
Kalau yang seperti itu, kira-kira apa maknanya ya?