Kota Mekah seolah dilanda gempa saat derap langkah serombongan gajah bergemuruh dan menggetarkan tanah suci itu. Penduduknya lari pontang-panting saat pasukan gajah yang dikomandoi Abrahah, Raja Yaman ini mendekat.
Pengerahan pasukan gajah adalah puncak kemarahan Abrahah. Dia datang ke Mekah untuk menghancurkan Ka’bah. Dia kesal karena tempat ibadah pertama di bumi yang didirikan Ibrahim alias Abraham bersama anaknya Ismail itu lebih ramai dikunjungi dibanding katedral yang dibuatnya di Sana’a.
Melihat pasukan kavaleri gajah yang mustahil dicegah, sang penjaga Ka’bah Abdul Mutthalib, meminta penduduk Mekah mengungsi menyelamatkan dirinya masing-masing. Pria yang merupakan keturunan Ibrahim dari garis Ismail ini mengatakan; tempat suci itu akan dijaga dan diselamatkan oleh pemiliknya (Allah).
Saat pasukan gajah Abrahah tiba di Mekah, tiba-tiba langit menjadi gelap. Ribuan burung memenuhi langit tanah suci dan menghalangi sinar matahari. Mereka terbang memayungi pasukan Abrahah.
Tiap burung yang tiba-tiba datang ini membawa tiga batu membara. Satu di paruh dua di cakar. Lalu mereka tanpa ampun menghujani pasukan gajah dengan batu itu. Sebuah baru membara yang jatuh di kepala pasukan, tembus sampai ke gajah yang ditungganginya. Bolong-bolong, bagaikan daun yang dimakan ulat.
Tak ayal pasukan gajah Abrahah kocar-kacir dibuatnya. Sebagian binasa dan sebagian lari tunggang langgang menjauh dari kota Mekah dan tak jadi menghancurkan Ka’bah.
Ka’bah selamat. Seperti yang dikatakan Abdul Mutthalib, bangunan suci itu diselamatkan oleh pemiliknya, Tuhan yang Esa.
Ini adalah sebuah peristiwa besar di jazirah Arab. Maka orang Arab menamai tahun yang bertepatan dengan 570 masehi itu sebagai Tahun Gajah. Kebiasaan orang Arab pra Islam, mereka menamai tahun dengan sebuah peristiwa besar atau penting yang terjadi di tahun itu.
Peristiwa ini juga diabadikan Allah dalam Al Quran surat Al Fiil (Gajah):
1. Alam tara kaifa fa’ala rabbuka bi-ashhaabil fiil(i)
“Apakah kamu tidak memperhatikan, bagaimana Rabb-mu telah bertindak terhadap tentara gajah.”
2. Alam yaj’al kaidahum fii tadhliil(in)
“Bukankah Dia telah menjadikan tipu-daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia,”
3. Wa-arsala ‘alaihim thairan abaabiil(a)
“dan Dia mengirimkan kepada mereka burung, yang berbondong-bondong,”
4. Tarmiihim bihijaaratim(n) min sijjiil(in)
“yang melempari mereka dengan batu (berasal), dari tanah yang terbakar,”
5. Faja’alahum ka’ashfim(n) ma’kuuli(n)
“lalu Dia menjadikan mereka, seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
Di tahun Gajah itu pula lah lahir seorang bayi laki-laki cucu Abdul Mutthalib, sang penjaga Ka’bah. Bayi ini lahir hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal, tahun Gajah. Dia lahir dalam keadaan yatim karena bapaknya Abdullah bin Abdul Mutthalib telah wafat.
Bayi ini kemudian dinamai Muhammad yang artinya mahluk terpuju. Sebuah nama yang tidak lazim kala itu. Aminah, ibunya, menamai demikian berdasarkan bisikan gaib saat akan melahirkan. Tak lama setelah melahirkan, Aminah pun meninggal. Muhammad yang lahir dalam keadaan yatim, akhirnya harus kehilangan ibunya juga. Bayi yatim piatu ini kemudian dibesarkan oleh keluarga besar Abdul Mutthalib.
Anak yang lahir di tahun Gajah ini tumbuh menjadi pribadi yang terpuji, sesuai namanya. Sebelum jadi Nabi, Muhammad sudah dihormati masyarakat Mekah karena sikap terpuji dan kejujurannya. Dia dijuluki Al Amin karena jujur dan bisa dipercaya.
Karena reputasinya itu, suatu saat dia ditunjuk sebagai penengah ketika suku-suku Quraish berselisih tentang siapa yang berhak memasang batu Hajar Aswad ke Ka’bah yang baru direnovasi. Tampil sebagai penengah, Muhammad menunjukkan sikap terpuji dengan memberikan solusi yang bijaksana, dan adil. Win win solution.
Dia gelar sorbannya, Hajar Aswad diletakkan di tengahnya, dan semua kepala suku bersama-sama memegang sorban itu. Semua puas karena semua suku ikut memasang kembali batu itu. Maka perselisihan pun teratasi dan perpecahan bisa dihindari.
Manusia mulia dan terpuji inilah yang ketika menginjak usia 40 tahun, diangkat Allah, sebagai utusanNya. Sebagai Nabi akhir zaman, sebagai suri tauladan kemuliaan ahlak, sebagai pembawa rahmad bagi alam semesta.
Selamat Ulang Tahun Kanjeng Nabi.
Sholawat dan salam senantiasa tercurah untuk engkau wahai mahluk terpuji.